h1

Menanti kedatangan Roh Kudus

Mei 19, 2010

dari generasi ke generasi, hari turunnya Roh Kudus atau biasa disebut hari Pentakosta masuk agenda gerejawi. ketika sebentar lagi hari raya tersebut akan datang kembali, saya tiba-tiba merasa, bahwa kekristenan tampaknya memang tidak untuk semua orang.

sah-sah saja sebagian orang meyakini kasih yesus untuk semua orang, tapi kekristenan? saya tidak yakin kalau hal tsb cocok untuk semua orang. penantian turunnya roh kudus menegaskan sinyalemen diatas, bhw tidak semua orang bakal cocok dengan keyakinan turun tumurun ini. prasyarat utama seorang kristen sebenarnya menggelikan dan tak patut diketahui oleh orang2 yang gagah, perkasa, tidak bermasalah, sukses atau dalam sisi lain perwira. prasyarat itu sejenis perasaan lemah, rasa bersalah, papa, penuh dosa dan derita, tidak berdaya. pendek kata situasi yg membutuhkan pertolongan. keadaan yg tidak pernah patut untuk dibangga-banggakan.

lagu-lagu lama yg saya pelajari menegaskan prinsip itu
” aku rehne sekeng, ngungsi maring Gusti”
” lamun kula kesayahan, kamomotan kemengan..”
” gusti mugi sampun ngantos nglangkungi ulun. tyang saneh antuk sih rahmat, kula nggih purun.”

lemah vs rasa lemah
perasaan lemah rupanya tidak terkait dng kondisi lemah. ini sepenuhnya perasaan dan itu tergantung bagaimana seseorang memaknai.

ada banyak orang yg sesungguhnya lemah tapi tidak merasa lemah. pembantu kami belum lama sakit. kami tahu ia perlu pertolongan dokter, makan & istirahat yg cukup. tapi ia tidak memiliki perasaan lemah semacam itu. istri saya kemarin mendapati ia berjalan tertunduk menuntun sepedanya. ia, lelaki setengah baya, yg dalam keadaan sehat begitu gagah, dapat memanjat pohon, mengangkat beban berat dan melakukan segala pekerjaan kasar dengan kekuatan ototnya. namun saat ini begitu lemah namun menolak utk dibawa ke dokter. saya jengkel dng sikap dia. bagaimana kalau terjadi sesuatu ? bagaimana kalau sakit yg dideritanya bukan melulu vertigo –spt yg ia akui-, bagaimana kalau DB, thypus. tapi setiap kali saya mau antar, ia menggeleng lemah
” tidak usah pak. nanti sembuh sendiri”. katanya memelas penuh keyakinan yg …. hm. kesombongan itu membuat kepala ini mau mendidih. bukankah demikian? ia merasa semua bakal aman seperti yang ia pikirkan. awalnya saya menduga ini sejenis ewuh pekewuh orang jawa. tapi masak sampai begitu ? 

rupanya. “keadaan lemah” tidak selalu menjadikan seseorang bisa “merasa lemah“. cukup beralasan kalau kesombongan (superbia) masuk diurutan pertama dari tujuh dosa yang mematikan rumusan paus Gregorius I. kesombongan berbahaya dan bisa mematikan.

saya terkesan dng pemain bulu tangkis pria terkuat di dunia saat ini, Lin Dan, yg merasa selalu membutuhkan kehadiran pelatih Tong Sin Fu dalam setiap pertandingan2 yg menentukan. katanya, setiap kali dia mendapatkan poin, ia melirik ke arah pelatih menanti instruksi. Lin Dan berujar, kemenangannya ia dedikasikan sepenuhnya utk Tong Sinfu, pelatihnya yg amat ia hormati bukan saja kepandaiannya tetapi juga prinsip2 hidupnya. Ia yg kuat dan tak terkalahkan, masih memerlukan bantuan orang lain untuk menjadikan dia bertahan pada posisi sekarang. apakah ia lemah hanya kerena merasa lemah ? Lin Dan mungkin tidak memiliki bakat sbg seorang filsuf yg gemar menganalisa dan menerka-nerka. kebutuhan hidupnya sangat praktis. menjaga perasaan dan mentalnya agar tetap tertata baik, pada saat menentukan untuk itu, ia membutuhkan seseorang dalam hidupnya utk mengukir sejarah.

kuat & merasa kuat
dalam keyakinan kristiani, roh kudus adalah penolong. dulu sempat membayangkan, bahwa woh kudus sejenis visualisasi atau kekuatan batin yg tercipta dari hasrat2 terpendam manusia akan hadirnya penolong. sesuatu yg hadir karena diproyeksikan hadir. ini spekulasi pribadi dan bukan pandangan kristiani ajaran resmi. benarkah ? saya skr meragu. catatan ini terlalu panjang utk dibahas disini. interaksi dng teman-teman pemeluk kepercayaan lah yg justru mendorong saya utk memikirkan pandangan tsb scr lebih serius.

nah, roh kudus hadir bagi setiap orang yg mendambakan pertolongan, perlindungan, kekuatan & pendampingan. namun roh kudus adalah tamu yang tidak diundang dan barangkali juga tidak akan betah berdiam di hati orang yg merasa kuat, merasa sanggup melakukan segala sesatu seorang diri dan tidak membutuhkan pertolongan. saya kira situasi lemah, tak berdaya, membutuhkan pertolongan mendominasi hati para murid saat itu. 

tak lama setelah drama yg menyakitkan di golgota, murid2 sempat kembali menjala
ikan menjalani hidup seperti biasa, persis sebelum bertemu Yesus. mereka telah berani mengambil keputusan sendiri. meninggalkan jalan setapak yg diajarkan sang guru. itulah kedewasaan. berani mengambil jalan sendiri. episode bersama Yesus telah berlalu dan saatnya mereka kembali menjalan kehidupan yg biasa. seperti semula. yesus adalah cerita masa lalu. cerita jaman sekolah minggu & katekisasi. sekarang saatnya berjuang dng kekuatan sendiri sepenuh akal budi dan jiwa raga. tidak salah bukan ? memang tidak salah. dan karena itu, saya tegaskan dimuka, kekristenan tampaknya bukan utk semua orang.

sebab alasan utama keyakinan itu justru berangkat dari pengakuan akan dirinya yg lemah, tidak berdaya, papa, dahaga, berdosa. Yesus mengatakan “ Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:28-30)

Paulus mengakui dirinya lemah dan karena itu ia mengaku “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”. serunya ketika dalam pergumulan. Kotbah di bukit adalah ungkapan-ungkapan bagi si lemah, si miskin, si penderita dan situasi lain ttg keadaan manusia terpinggirkan, dahaga & kelelahan. dengan titik pandang ini. eropa pasca pencerahan, pasca berani menentukan keputusan sendiri dan telah mencapai kemajuan pengetahuan, kemakmuran, kemandirian, akan sulit menerima kembali dirinya yg lemah dan tak berdaya. kekristenan, seperti seorang pemikir katakan, adalah anak tangga untuk mencapai suatu ketinggian dan setelah tercapai, ia bisa saja dibuang.

maka merenungi kembali jalan setapak itu. pertanyaan yg relevan adalah: Apakah diriku merasa kuat, perkasa, dapat menyelesaikan semua hal seorang diri, serta tidak memerlukan pertolongan atau karena masih membutuhkan pertolongan, maka dengan segenap hati pertolongan itu dinanti-nantikan ?

di jalan setapak itu. selamat menyongsong pentakosta.

HBM

h1

Oeroeg, sebuah potret kita ?

Mei 15, 2010
oleh : Handaka BM
setelah belasan tahun menunggu, akhirnya kesampaian menonton film oeroeg di museum mandiri, atas kebaikan komunitas goodreads.com indonesia.

oeroeg adalah catatan sejarah yg emosional.
novel oeroeg terbit th 1948 pada saat konflik fisik indonesia-belanda berada pada titik terburuk. diluar pesan-pesan simbolik dan harapan yg menggebu dari setiap pembaca, buku karangan Hella S. Haasse sendiri hemat saya bukan buku yg terlalu mengesankan. namun demikian, oeroeg menempati posisi yg unik dari plot dan setting sejarah yg diangkat. melalui tokoh Johan dan Oeroeg, buku ini menggambarkan pertalian dua bangsa yg selama ratusan tahun berinteraksi dalam relasi yg sungsang, akhirnya berpisah & tetap dipenuhi syak wasangka/kecurigaan, kesombongan masing-masing dan tampaknya juga tidak (mau) saling mengenal. cerita apa dan bagaimana oeroeg sendiri, saya anggap sudah cukup dikenal. catatan ini lebih reportase dan kesan pribadi dari sebuah film yg sempat menghebohkan karena sempat dilarang putar di indonesia.

oeroeg menurut istri saya adalah tipikal dari karakter sehari-hari yg mudah ditemui ttg sosok misterius, sukar ditebak, pongah yg lebih didasari inferior komplek yg payah & pendendam. oeroeg yg memergoki johan menonton film tarzan di barisan penonton eropa dan bukannya bersama dia di barisan pribumi (tidak ada di novel oeroeg) membangkitkan dendam membara yg tak termaafkan, selama bertahun-tahun kemudian. demikian pula salah pengertian thd kematian ayahnya yg terus dibawa sampai dewasa (juga tdk ada di buku), menyiratkan konflik batin yg kronis yg bukan saja pada diri oerog, tetapi juga potret dendam bangsa ini. deppoh, ayah oeroeg ternyata tidak mati karena menyelamatkan Johan. Johan diselamatkan oleh ayahnya sendiri. Deppoh mati karena tanggungjawab tugas yg melebihi tuntutan, sebagai hamba, untuk mengambil jam tangan ayah Johan yg tercebur ke danau. Istilah hamba ini menarik. Pram dalam bukunya “cerita dari jakarta” amat satir mengungkapkan kecenderungan mentalitas budak, jongos, babu pd orang jawa yg sebenarnya tak terkait dng keberadaan si tuan. terbukti ketika belanda sudah hengkangpun, mental budak masih lestari di hati para jongos, istilah pram, “sampai ke bulu-bulu”. (cerpen “Jongos + Babu, cerita keluarga yang sangat panjang”)

maka, saya cukup terperanjat mendengar ulasan salah satu penonton diakhir pemutaran film. bhw oeoreg adalah film yg dimaksudkan sbg “permintaan maaf” kepada bangsa indonesia. darimana kesimpulan itu diambil ? tapi itulah sejarah, yg senantiasa terbuka utk dimaknai kembali. saya justru melihat, oeroeg pada versi film adalah potret dari sebuah stereotype yg ingin disampaikan scr satir.

sejarah indonesia tampaknya sulit dilepaskan dari kosa kata “penjajah”. selama catatan 350 tahun, perspektif belanda sebagai bangsa penjajah itu terpatri terus scr abadi. sejak mangkatnya Sultan Agung, Amangkurat I, saya tak menemukan bukti bhw VOC memang berniat utk menguasai teritori by design. sbg sebuah perusahaan dagang, konsentrasi mereka hanyalah bgmn mendapatkan monopoli kawasan perdangan, tanpa harus direpotkan dng pekerjaan kotor berusan dng proses produksi. keterlibatan VOC di ambon, batavia lalu meluas ke daerah lain, lebih karena tarikan dari raja-raja lokal dalam menghadapi konflik2 kekuasaan. ketika perdagangan gula melemah menjelang th 1740, ada lebih 130 pabrik gula di Batavia yg sebagian besar dikelola orang china, kelas pekerja dan pedagang.
ketika perang jawa suksesi III meletus yg berujung pada pembagian mataram mjd surakarta, yogyakarta. gubernur gustaaf van imhoff (meninggal 5th sebelum perjanjian giyanti) dng mudah mendapatkan penguasaan wilayah dari cirebon sd banyuwangi, sbg imbalan bantuan perang dng hanya mengerahkan pasukan2 dari suku lain spt madura dan bugis. tidak banyak orang belanda yg dikerahkan sbg pasukan. karena orang belanda di bataviapun bukan kelompok terbanyak, dibanding penduduk eropa lain dan bangsa china. pada masa itu, batavia tengah masa peralihan, dari lingua franca bhs portugis + melayu, menjadi belanda + melayu. artinya. dari sudut pandang kaum pedagang, proses adalah nomer dua. yg penting hasil akhir. bhw akhirnya lingkaran perdagangan itu menghasilkan penindasan, perbudakan, penjajahan. sejarah mencatat hadirnya kelas-kelas di masyarkat kita, dimana raja-raja jawa turut menjadi sponsornya. sejarah yg amat sensitif.

dalam dialog pribadi dng salah seorang penonton, saya sempat ajukan pertanyaan. kalau penduduk kita memang hebat, sbg mana gambaran beliau ttg majapahit dan sriwijaya, kenapa pada tahun th 1806 ketika VOC sudah bangkrut dng hutang lebih 137 juta gulden dan daendels yg datang ke batavia dng cara kucing2an melalui New York dan hanya mendapati 2000 pasukan dng 1/3 senjata yg tersedia, “indonesia” tidak bangkit ? bisakah pada waktu itu kita menepuk dada dan menyebut “indonesia” sbg sebuah gagasan yg belum pernah terpikirkan atau menjadi cita-cita sbmn buku-buku sejarah sekolah dasar seratus lima tahun kemudian menuliskan? apakah salah belanda yg tidak memberitahukan kepada penduduk “indonesia”, bhw battle of waterloo begitu berarti dan mengubah sejarah ? apakah salah jepang yg waktu itu belum bisa menindas kita sehingga “indonesia” belum mengenal baris-berbaris kecuali serdadu dan menjadi belanda hitam ?

saya bukan pengaggum belanda atau mudah meremehkan kemampuan bangsa sendiri. saya juga tak mau berandai-andai bila portugis, spanyol, belanda, inggris, jepang tidak datang, apa jadinya dng sekumpulan bangsa di sekumpulan 13.000 pulau ini. pertanyaan saya sederhana: bisakah kita melihat sejarah scr apa adanya. inilah kita. begini jadinya. serangkaian proses, tabrakan, kecelakaan yg akhirnya membuat what so called indonesia. dalam konteks semacam itu, oeroeg menempati posisi yg unik. ia bukan hanya kisah masa lalu yg indah utk diratapi, tetapi juga pertanyaan. bagaimana jadinya kedua bangsa ini setelah prosesn interaksi yg sedemikian lama dan begitu emosional.

Jika sejarah bisa dilihat tanpa prasangka kalah-menang, aku dan kalian, bahkan benar salah. saya melihat konflik Johan & Oeroeg sebagai hal yg amat karikatural. Oeroeg yg disatu sisi pernah ingin menghajar tukang sate (tidak ada di novel) karena mencela temannya yg berbahasa belanda, berkencan dng wanita dan menyodorkan kepada Johan wanita yg lain di rumah kos Lida, disatu sisi adalah oeroeg yg impulsif, meradang, membanggakan nasionalisme dihadapan kawan-kawannya utk menyerang & memojokan Johan yg datang tanpa motif-motif ideologi.

suka tidak suka. sejarah indonesia modern dilahirkan dari dua orang tua yg akhirnya bercerai. ibu pertiwi & ayah kumpeni. jakarta yg kita kenang dan kita peringati sekarang adalah jakarta yg notabene kelanjutan dari gagasan, semangat, prototype batavia, yg pada waktunya mengelola sebuah wilayah perdagangan yg luas dari srilanka sampai fukuoka jepang. jakarta modern adalah gambaran dari globalisme yg sudah terjadi sekian abad lalu sebelum orang skr meributkannya. jakarta modern sulit dilihat sebagai kelanjutan sunda kelapa, yg tak lain wilayah kerajaan sunda yg dianeksasi fatahilah dng bantuan cirebon dan armada dari jepara.

batavia modern, bahkan nusantara modern, seandainya saya bisa berandai-andai. mestinya adalah kawasan yg jauh lebih maju dari Afrika Selatan dng tempat persinggahan yg bernama Tanjung Harapan Baik. Karena tanjung harapan baik hanyalah tempat persinggahan untuk menuju kawasan dng ibu kota dijuluki pelayar dari eropa sbg “The Jewel of Asia”, “Queen of the East” , yi batavia, yg pada waktunya, dipuji-puji, bahkan lebih indah dari kota Amsterdam.

Batavia modern dng sebuah gelora internasional, mestinya bisa membangun lebih 12 stadion modern, dari yang di miliki Afrika Selatan dewasa ini dan menjadi tempat perhelatan piala dunia.

Oeroeg memang kisah sejarah yg sendu.

h1

PASKAH: kematian atau kehidupan yg lebih menakutkan ?

April 4, 2010
oleh : Handaka BM
paskah yg identik dng kematian itu juga membawa pertanyaan : mana yg lebih menakutkan, kematian atau kehidupan ?
sejumlah headline berita koran belakangan ini menunjukan bahwa <i>ketakutan menghadapi <b>kehidupan</b> tampaknya bisa lebih dominan dibanding ketakutan menghadapi <b>kematian</b></i>. ketakutan thd kehidupan yg biasa-biasa, kehidupan yg penuh kesulitan dan tantangan, ketakutan hidup sbg manusia lumrah, ala kadarnya, orang rela melakukan berbagai tindakan tercela serta merendahkan diri sendiri.
lalu dimana relevansi kematian golgota, saat ketakutan atau iming2 sorga-neraka tidak lagi menarik perhatian manusia, sebagaimana menjadi modus agama-agama sejak purbakala ?
<Photo 1><i>peristiwa golgota tampaknya tidak memiliki arti dan konskwensi apa-apa</i>, jika dipandang di luar perspektif iman pemeluknya. peristiwa golgota sekedar  catatan sejarah, sebuah kisah dramatik yg memilukan atau paling tidak : sebuah penjelasan teologis yang <i>”masuk akal”</i> untuk perlunya (doktrin) penebusan. sebuah pengertian yg seringkali mesti disertai banyak <b>catatan</b>.
kematian golgota lebih menunjukan konskwensi <b>masuk akal</b> bagi mereka yang berani melawan keyakinan yg terlanjur dimutlakan.
<Photo 2>
kematian yesus sebenarnya cukup logis, karena ia melakukan penghujatan dng menyebut diri ” Anak Allah”, sekaligus raja orang yahudi ditengah masyarakat yg meyakini allah tidak mungkin beranak dan diperanakan, ucapan ini seolah memperolok atau  melecehkan keyakinan banyak orang, terutama institusi tunggal pembajak kebenaran agama. jadi hukuman mati tsb sesuatu yg wajar.
namun bagi yesus, persoalan itu bukan semata terletak pada perlunya pengakuan yang kontraversial atau sekedar kehendak untuk melawan <b>keyakinan</b> bersama. gagasan yesus tampaknya memang provokatif. tidak sekali dua kali dia berdiri berhadapan frontal dng pandangan umum. ia tetap “bekerja” pada hari sabath dng melakukan pelayanan pengobatan, menggunakan ungkapan-ungkapan yang menusuk thd institusi dan perilaku aparat agama. meng-klaim bait allah sebagai rumah bapaknya, dan dng arogan mengobrak-abrik meja para pedagang yg berkumpul disekitarnya. pendek kata, yesus adalah teroris, provokator, pemberontak ‘setengah hati’ yg tidak jelas cita-citanya, pemimpin masa yg membingungkan.
namun jika pengakuan dia benar, bhw ia adalah anak allah dalam pengertian yg paling vulgar, hidup dan ucapannya adalah kontraversi tersendiri. apa yg terjadi tidak sesuai dng pengakuannya ? anak allah yg maha kuasa tidak berdaya thd pengadilan manusia. apa kata dunia ? berbagai <b>mujijat</b>, <b>kesaktian</b>, kesanggupan menyembuhkan bahkan menghidupkan orang mati, menghentikan angin ribut dan badai, seolah tiada ada bekasnya.
<Photo 3>
titik pandang ini sebenarnya menarik. ketika allah menjadi manusia, ia menjadi manusia seutuhnya dan bukan manusia setengah dewa.
sayang banyak orang kristen justru mengisolir realitas ini lalu berhenti pada pemahaman yang egoistis <b> yesus mati untuk manusia karena sudah demikian kodrat & tugasnya</b>, ia mati supaya manusia bisa hidup dan masuk sorga. ia mati menebus dosa manusia. selesai. alangkah sayangnya ? alangkah sia-sia kehidupan yang begitu dramatik itu jika akhirnya itu tak lebih sekedar <b><i>sandiwara ilahi</b></i> agar manusia berdosa bisa <b>terbebas dari dosa</b> secara praktis, murah, masal dan sederhana. tinggal percaya. benarkah demikian?
<b>BE A MAN</B>
dalam segala hal, peristiwa paskah adalah paradox dari sejumlah pengertian yg dikandungnya sendiri. yg ditinggikan, justru direndahkan. yang mestinya tak berdaya, menentukan nasib yg maha kuasa. namun itu baru satu hal. kenyataan yg lebih pahit,  allah yg menjadi manusia, justru mendemonstrasikan kemungkinan-kemungkinan terburuk dari resiko menjadi manusia: dirajam, dibantai dan akhirnya dibunuh karena suatu gagasan atau cita-cita mulia. tak ada mujijat atau serangkaian pertolongan sorgawi. yg ilahi ternyata tidak datang sebagai superman, gundala, spiderman yg penuh kesaktian tiada tara. ia datang  sebagai manusia, berjuang sebagaimana manusia dng kedua tangan dan kaki, dng mulut dan kepala, dng keringat dan air mata. serta menantang resiko terburuk yang mungkin terjadi.
<Photo 4>
ketika agama sering membawa terbang manusia ke tingkatan tertinggi, menjadi manusia setengah malaikat, yg suci dan tidak terjamah oleh berbagai resiko nista sbg manusia. <i>kalis lir sambikala, setan ora doyan dhemit ora ndulit</i> ia datang dng cara biasa-biasa saja. yi memampukan sang manusia utk memasuki resiko2 dan kemungkinan2 terburuk sebagai manusia.
ini menunjukan bahwa menjadi manusia, menjalani kehidupan yg mungkin penuh penderitaan, kesulitan termasuk berhadapan dengan segala resikonya adalah <b>luhur dan mulia</b>.
penderitaan, jika itu terbit dari sikap luhur yang mesti diambil,  ternyata bukan sesuatu yg mesti dihindari. dalam peristiwa salib, penderitaan itu justru dihampiri. ketika resiko tsb tak mungkin terelakan.  ia mengarungi segenap kemungkinan yg oleh orang banyak sering dihindari, bahkan kalau perlu dengan manipulasi dng segala tipu daya, kong kalingkong dan perselingkuhan dng aparat. orang yang demikian tidak memerlukan penyelamatan, semata karena dengan cara begitu ia sudah selamat. bagi Nya, menghadapi resiko yg musti ditanggung seorang manusia oleh karena sikap dan pendiriannya adalah cara untuk menjadi manusia bermartabat & terhormat.
peristiwa paskah akhirnya membuka mata kita, ketakutan yg nyata sebenarnya bukan saja thd kematian tetapi terlebih pada “kehidupan” yg ternyata tetap mesti di jalani secara terhormat, beradab & bermartabat.
potret sehari-hari menunjukan : banyak orang menjadi panik, kalap, kehilangan arah dan orientasi, sehingga menipu, merampok, bukan karena mereka takut mati, tetapi takut untuk menghadapi “hidup yg tidak semestinya”. hidup yang tidak seperti yang diharapkan, hidup yang ala kadarnya, hidup yg biasa-biasa, hidup yang tidak bisa dibanggakan, hidup yang tidak bisa pandang sbg sesuatu yg wah dan mengundang decak kagum sekitar kita, hal-hal semacam itu tampaknya lebih menakutkan dari kematian. bahkan banyak orang lebih rela mati dibanding menjalani hidup yg ala kadarnya. miskin, papa, menderita, sengsara dan terasing.
jika yesus telah bangkit, apakah kematian masih menjadi momok yg menakutkan atau kehidupan yg lebih pendek ini yg lebih menakutkan ? jika kesalehan agama sering membawa manusia menjadi setengah dewa, dapatkah kita memandang indah utk tetap menjadi manusia seutuhnya dng segala resiko terburuk yg mungkin kita hadapi ?
<Photo 5>
selamat merayakan kebangkitan Nya,
selamat merayakan kembali kehidupan ini dengan penuh pengharapan dan sukacita, betapapun (terlihat) susah.

paskah yg identik dng kematian itu juga membawa pertanyaan : mana yg lebih menakutkan, kematian atau kehidupan ?
sejumlah headline berita koran belakangan ini menunjukan bahwa <i>ketakutan menghadapi <b>kehidupan</b> tampaknya bisa lebih dominan dibanding ketakutan menghadapi <b>kematian</b></i>. ketakutan thd kehidupan yg biasa-biasa, kehidupan yg penuh kesulitan dan tantangan, ketakutan hidup sbg manusia lumrah, ala kadarnya, orang rela melakukan berbagai tindakan tercela serta merendahkan diri sendiri.
lalu dimana relevansi kematian golgota, saat ketakutan atau iming2 sorga-neraka tidak lagi menarik perhatian manusia, sebagaimana menjadi modus agama-agama sejak purbakala ?
<Photo 1><i>peristiwa golgota tampaknya tidak memiliki arti dan konskwensi apa-apa</i>, jika dipandang di luar perspektif iman pemeluknya. peristiwa golgota sekedar  catatan sejarah, sebuah kisah dramatik yg memilukan atau paling tidak : sebuah penjelasan teologis yang <i>”masuk akal”</i> untuk perlunya (doktrin) penebusan. sebuah pengertian yg seringkali mesti disertai banyak <b>catatan</b>.
kematian golgota lebih menunjukan konskwensi <b>masuk akal</b> bagi mereka yang berani melawan keyakinan yg terlanjur dimutlakan.
<Photo 2>
kematian yesus sebenarnya cukup logis, karena ia melakukan penghujatan dng menyebut diri ” Anak Allah”, sekaligus raja orang yahudi ditengah masyarakat yg meyakini allah tidak mungkin beranak dan diperanakan, ucapan ini seolah memperolok atau  melecehkan keyakinan banyak orang, terutama institusi tunggal pembajak kebenaran agama. jadi hukuman mati tsb sesuatu yg wajar.
namun bagi yesus, persoalan itu bukan semata terletak pada perlunya pengakuan yang kontraversial atau sekedar kehendak untuk melawan <b>keyakinan</b> bersama. gagasan yesus tampaknya memang provokatif. tidak sekali dua kali dia berdiri berhadapan frontal dng pandangan umum. ia tetap “bekerja” pada hari sabath dng melakukan pelayanan pengobatan, menggunakan ungkapan-ungkapan yang menusuk thd institusi dan perilaku aparat agama. meng-klaim bait allah sebagai rumah bapaknya, dan dng arogan mengobrak-abrik meja para pedagang yg berkumpul disekitarnya. pendek kata, yesus adalah teroris, provokator, pemberontak ‘setengah hati’ yg tidak jelas cita-citanya, pemimpin masa yg membingungkan.
namun jika pengakuan dia benar, bhw ia adalah anak allah dalam pengertian yg paling vulgar, hidup dan ucapannya adalah kontraversi tersendiri. apa yg terjadi tidak sesuai dng pengakuannya ? anak allah yg maha kuasa tidak berdaya thd pengadilan manusia. apa kata dunia ? berbagai <b>mujijat</b>, <b>kesaktian</b>, kesanggupan menyembuhkan bahkan menghidupkan orang mati, menghentikan angin ribut dan badai, seolah tiada ada bekasnya.
<Photo 3>
titik pandang ini sebenarnya menarik. ketika allah menjadi manusia, ia menjadi manusia seutuhnya dan bukan manusia setengah dewa.
sayang banyak orang kristen justru mengisolir realitas ini lalu berhenti pada pemahaman yang egoistis <b> yesus mati untuk manusia karena sudah demikian kodrat & tugasnya</b>, ia mati supaya manusia bisa hidup dan masuk sorga. ia mati menebus dosa manusia. selesai. alangkah sayangnya ? alangkah sia-sia kehidupan yang begitu dramatik itu jika akhirnya itu tak lebih sekedar <b><i>sandiwara ilahi</b></i> agar manusia berdosa bisa <b>terbebas dari dosa</b> secara praktis, murah, masal dan sederhana. tinggal percaya. benarkah demikian?
<b>BE A MAN</B>dalam segala hal, peristiwa paskah adalah paradox dari sejumlah pengertian yg dikandungnya sendiri. yg ditinggikan, justru direndahkan. yang mestinya tak berdaya, menentukan nasib yg maha kuasa. namun itu baru satu hal. kenyataan yg lebih pahit,  allah yg menjadi manusia, justru mendemonstrasikan kemungkinan-kemungkinan terburuk dari resiko menjadi manusia: dirajam, dibantai dan akhirnya dibunuh karena suatu gagasan atau cita-cita mulia. tak ada mujijat atau serangkaian pertolongan sorgawi. yg ilahi ternyata tidak datang sebagai superman, gundala, spiderman yg penuh kesaktian tiada tara. ia datang  sebagai manusia, berjuang sebagaimana manusia dng kedua tangan dan kaki, dng mulut dan kepala, dng keringat dan air mata. serta menantang resiko terburuk yang mungkin terjadi.
<Photo 4>
ketika agama sering membawa terbang manusia ke tingkatan tertinggi, menjadi manusia setengah malaikat, yg suci dan tidak terjamah oleh berbagai resiko nista sbg manusia. <i>kalis lir sambikala, setan ora doyan dhemit ora ndulit</i> ia datang dng cara biasa-biasa saja. yi memampukan sang manusia utk memasuki resiko2 dan kemungkinan2 terburuk sebagai manusia.
ini menunjukan bahwa menjadi manusia, menjalani kehidupan yg mungkin penuh penderitaan, kesulitan termasuk berhadapan dengan segala resikonya adalah <b>luhur dan mulia</b>.
penderitaan, jika itu terbit dari sikap luhur yang mesti diambil,  ternyata bukan sesuatu yg mesti dihindari. dalam peristiwa salib, penderitaan itu justru dihampiri. ketika resiko tsb tak mungkin terelakan.  ia mengarungi segenap kemungkinan yg oleh orang banyak sering dihindari, bahkan kalau perlu dengan manipulasi dng segala tipu daya, kong kalingkong dan perselingkuhan dng aparat. orang yang demikian tidak memerlukan penyelamatan, semata karena dengan cara begitu ia sudah selamat. bagi Nya, menghadapi resiko yg musti ditanggung seorang manusia oleh karena sikap dan pendiriannya adalah cara untuk menjadi manusia bermartabat & terhormat.
peristiwa paskah akhirnya membuka mata kita, ketakutan yg nyata sebenarnya bukan saja thd kematian tetapi terlebih pada “kehidupan” yg ternyata tetap mesti di jalani secara terhormat, beradab & bermartabat.
potret sehari-hari menunjukan : banyak orang menjadi panik, kalap, kehilangan arah dan orientasi, sehingga menipu, merampok, bukan karena mereka takut mati, tetapi takut untuk menghadapi “hidup yg tidak semestinya”. hidup yang tidak seperti yang diharapkan, hidup yang ala kadarnya, hidup yg biasa-biasa, hidup yang tidak bisa dibanggakan, hidup yang tidak bisa pandang sbg sesuatu yg wah dan mengundang decak kagum sekitar kita, hal-hal semacam itu tampaknya lebih menakutkan dari kematian. bahkan banyak orang lebih rela mati dibanding menjalani hidup yg ala kadarnya. miskin, papa, menderita, sengsara dan terasing.
jika yesus telah bangkit, apakah kematian masih menjadi momok yg menakutkan atau kehidupan yg lebih pendek ini yg lebih menakutkan ? jika kesalehan agama sering membawa manusia menjadi setengah dewa, dapatkah kita memandang indah utk tetap menjadi manusia seutuhnya dng segala resiko terburuk yg mungkin kita hadapi ?
<Photo 5>
selamat merayakan kebangkitan Nya, selamat merayakan kembali kehidupan ini dengan penuh pengharapan dan sukacita, betapapun (terlihat) susah.

h1

jerusalem & the dark Satanic Mills

Maret 29, 2010
menurut legenda, Yesus pernah menjejakan kaki di England pada masa mudanya. Kisah itu terdapat pada salah satu kitab apokrif. Bersama Yusuf dari Arimatea pamannya, Ia berkelana sampai ke sebuah tempat bernama Glastonbury. menurut tafsir penduduk setempat, Yerusalem yang baru akan di dirikan di tempat tersebut.

narasi yang berbeda dari pengertian umum diatas dapat ditemukan pada bait-bait indah syair pujangga inggris ternama, William Blake. Ditulis pada th 1808. Blake tidak bermaksud membenarkan atau menyangkal legenda lama itu, ia lebih tertarik menafsir kembali cerita lama tersebut dengan situasi dan kondisi yang relevan dng keadaan saat itu.

“And did those feet in ancient time.
Walk upon Englands mountains green:
And was the holy Lamb of God,
On Englands pleasant pastures seen!

And did the Countenance Divine,
Shine forth upon our clouded hills?
And was Jerusalem builded here,
Among these dark Satanic Mills?”

dan apakah jejak-jejak kaki di masa lalu itu
pernah berjalan diatas pegunungan England yang hijau,
dan apakah Domba Allah yang Kudus
yang terlihat di padang rumput England yang indah!

dan apakah wajah ilahi itulah yang bersinar
dibalik bukit-bukit berkabut kami ?
dan adakah itu Yerusalem yang tengah dibangun,
diantara gelapnya mesin-mesin industri yang mematikan?

dark Satanic Mills adalah potretburam masyarakat Inggris pada masaRevolusi Industri. revolusi teknologi yang mengakibatkan berubahnya tatanan masyarakat, kerusakan alam dan hubungan antar manusia yang pincang.

Kisah ini berkaitan dng pembangunan pabrik penggilingan gandum Albion pada tahun 1769. Ini adalah pabrik terbesar yang memanfaatkan mesin uap ciptaan James Watt pada saat itu, mampu menghasilkan kl 211 meter kubik setiap minggu. Ketika pabrik penggilingan terbakar pada tahun 1791, ada sejumlah pabrik lain yang telah berdiri di Albion. para penentang pabrik Albion menyebut pabrik tersebut bersifat satanic karena menggunakan gandum impor yang dibiayai oleh produsen Ingris. Letak pabrik Albion tidak jauh dari rumah pujangga William Blake

lagu indah yang diangkat dari syair William Blake tersebut dapat dinikmati melalui http://www.youtube.com/wat ch?v=gVgC5wsHGnQ

yerusalem abad 19 yang suram tampaknya adalah deja vu dari potret yerusalem abad 1 Masehi ketika Yesus datang ke kota tersebut dengan mengendari seekor keledai. dengan popularitas yang telah dia bangun, mestinya yesus bisa datang dng kelengkapan & rombongan yang lebih baik. pengikutnya dengan mudah mendapatkan seekor keledai untuknya, hanya dengan mengatakan
” Tuanku menghendaki keledai ini”.

hal yang sulit terjadi kalau ia bukan orang yang begitu luas dan kuat pengaruhnya di hati rakyat. Orang kebanyakan yg bukan bagian aparat penguasa romawi maupun herodes. Bukan pegawai pajak umur 30 tahun yang sudah memiliki rekening sebesar Rp 25 Milyar, bukan pegawai bank Indonesia yang sanggup menghamburkan puluhan milyar untuk pemilihan deputi. bukan “teman polisi” yang bisa menelepon dan mengatur jalannya penyidikan sesuka hatinya, bahkan cuman lewat telepon genggam.

di tengah segala icon yerusalem sebagai kota besar, pusat kekuasaan, perdagangan, agama, ia hadir dalam “perlawanan” dari jenis kekuasan-kekuasaan yg telah lama bercokol diata tanah suci Yerusalem.


mestinya, dengan dukungan yang begitu luas dimana orang banyak di sepanjang jalan mengelu-elukan kedatangannya, ia bisa datang dengan “perlawanan” yg lebih riil, semacam kudeta atau perlawanan frontal thd struktur kekuasaan yang sudah eksis. hal tersebut sudah dilakukan, yaitu ketika ia memporak-porandakan tempat penukaran uang dan segala tetek bengek perdagangan di bait salomo.

namun yang menarik, menebak gerangan perlawanan macam apa yang sebenarnya ia tengah lakukan melalui kedatangan ke kota “the dark satanic mills” tsb ? bulan-bulan terakhir ia sudah menghindar dari pusat kekuasaan dan pemerintahan, oleh sikap dan pandangan idiologinya. ancaman pembunuhan sudah diterima, sebagaimana terjadi pada pendahulunya, Yohanes Pembaptis, yg akhirnya memang mati dalam pembantaian. saat itu, ia lebih banyak “berkeliaran” ditempat-tempat sepi, pinggiran atau daerah perbatasan yang jauh dari kontrol kekuasana agama & pemerintahan

ketika akhirnya datang dalam puncak perayaan paskah, ziarah tahunan yang dihadiri kl 2.500.000 orang yahudi saat itu dari berbagai pelosok dunia, ia justru meratapi yerusalem yang demikian megah dan masyur. konon, ia akan menghancurkan kota itu dan membangun kembali dalam 3 hari, apa yang dimaksud ?

seperti halnya pabrik gandum di Albion yang akhirnya terbakar pada tahun 1791, yerusalem akhirnya runtuh pada tahun 70 M. penulis kitab injil yang menyelesaikan catatannya setelah masa penghancuran tentara romawi dan dilakukan ditempat pembuangan itu mungkin memiliki fantasi yg berlebihan akan pembangunan kembali yerusalem. namun bisa jadi mereka berkata sebenarnya tentang “yerusalem baru” yang akan bertahta disetiap hati orang. kota yang berbeda dari bangunan sebelumnya, namun lebih memiliki kedekatan makna sebagai kota perdamaian.

apakah gambaran yg sama juga menjadi alasan yesus utk menangisi
yerusalem ? apakah situasi yerusalem dahulu juga sudah sedemikian
menyedihkan sbgmn kehidupan sekarang ?

yerusalem lama yang dibangun diatas icon kekuasaan, kebesaran, kemakmuran dan fanatisme agama justru telah memiskinkan dan memenjara kemanusiaan penduduknya, membiarkan ketidakadilan, menyuburkan kecurangan dan penipuan.

bagi william blake, upaya “membangun kembali” yerusalem adalah usaha
penciptaan kembali dari segala kegagalan dimasa sebelumnya. dalam tulisan lain dibawah judul Milton, Blake sebenarnya tidak sekedar bicara ttg panorama yang indah dan puitik, tetapi juga sebuah masyrakat baru yang dibangun melalui tanggung jawab bersama. dibalik diskripisi yerusalem baru yang gemah ripah loh jinawi, Blake melancarkan kritik thd kota lama dimana
“all the Arts of Life they changed into the Arts of Death in Albion”

yerusalem baru yang digambarkan Blake bukanlah tempat dimana kekuatan“the dark satanic mills” berkuasa.

ia lalu berseru

“Bring me my Bow of burning gold;
Bring me my Arrows of desire:
Bring me my Spear: O clouds unfold!
Bring me my Chariot of fire!

I will not cease from Mental Fight,
Nor shall my Sword sleep in my hand:
Till we have built Jerusalem,
In Englands green & pleasant Land”

seperti apakah yerusalem yg akan dibangun kembali oleh Yesus dalam tiga hari ? apakah ia berbicata tentang tempat ataukah berbicara tentang sesuatu yang bersemayam di dalam hati ? apakah yerusalem baru adalah kota perjanjian yg akan digenapi -seolah turun dari langit- atau sebuah kota perdamaian sebagaimana namanya, kota di dalam sanubari yg musti diwujudkan dan dibangun kembali dari puing-puing reruntuhan dan segala bentuk “the dark satanic mills” yang mematikan, dengan sekuat tenaga dan daya ?

dalam masa pra-paskah

salam

HBM

h1

making timeline in OO.o

Maret 13, 2010

Openoffice works fine for this sort of application. In fact, the charting part of oo has been improved just recently. The example you gave is just an xy scatter plot with data labels and error bars. I didn’t understand all the formulas in the tutorial that you referenced but I was able to pretty much follow the instructions on the web page and create a similar chart. I started with the template on the page that you referenced and opened with oo-calc

1. Start chart wizard
2. Select XY scatter (next)
3. Data range B5-E19, unselect first row as label, unselect first column as label (next)
4. Data labels C5-C19 (next)
5. Add title, unselect legend and unselect y axis grid (finish)
6. Right click one of the data points(yellow triangle), object properties, data labels tab, select show label text
7. Statistics tab, error indicator, select lower indicator
8. statistics tab, select percentage, set at 100
9. right click y axis, object properties, labels tab, unselect show labels

You can then play around with the line styles, fonts, colors and markers until it looks pretty to you. I had to add leading spaces on the data labels to get them to right justify like in your example but maybe somebody better with spreadsheets could figure that out in a way thats more automated. If you play around with the chart tool for a while you can probably make something very cool.

h1

Maret 12, 2010

http://www.codetorment.com/2009/10/20/guide-install-xampp-on-ubuntu/

h1

sebuah catatan

Februari 28, 2010

pada mulanya adalah kegelisahan.